Kajian Hari Pengurangan Resiko Bencana

Dalam beberapa penelitian, Indonesia berada pada cincin api (Ring of Fire) yang berarti bertemunya 4 lempeng tektonik besar, yaitu Australia, Eurasia, dan Pasifik, maka apabila terjadinya pergerakan dari salah satu lempeng tersebut dapat menimbulkan terjadinya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Minimnya pengetahuan terhadap lingkungan menjadi faktor utama lemahnya penanganan bencana. Berkaca pada tsunami Selat Sunda pada 2018 silam, yang menelan banyak korban jiwa serta memakan kerugian yang sangat besar. Penting untuk perguruan tinggi sebagai tempat belajar mahasiswa untuk memberikan edukasi tentang potensi bencana di lingkungan sekitar, bentuk antisipasi, dampak yang ditimbulkan, serta cara penanggulangannya.

Kajian ini berupaya untuk dapat menjadi gambaran kondisi di Lampung berdasarkan ilmu geologi dan menjadi perspektif Kajian strategis dalam upaya dan peran mahasiswa dalam pengurangan resiko bencana dan hal-hal yang terkait dengan kebencanaan.

Keberadaan Provinsi Lampung

Provinsi Lampung terletak antara 105°45’ – 103°48’ Bujur Timur 3°45’ 6°45’ Lintang Selatan. Di sebelah selatan, provinsi Lampung berbatasan dengan Selat Sunda, di sebelah utara berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Bengkulu, di bagian timur berbatasan dengan Laut Jawa dan di bagian barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Topografi Provinsi Lampung terdiri dari bukit-bukit dan dataran rendah. Bagian barat dan selatan Provinsi Lampung merupakan wilayah perbukitan yang masih menjadi jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Dan dari sudut pandang geologi Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan aktivitas kegempaan yang tinggi. Hal ini terjadi karena di sepanjang laut barat Sumatera terdapat batas tumbukan/subduksi Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia. Zona subduksi lempeng inilah yang menjadi jalur-jalur pusat gempabumi tektonik yang tak terhindarkan. Keberadaan jalur pusat gempa yang berada di laut barat Lampung juga dapat memunculkan bencana sekunder lain yakni gelombang laut besar yang disebut dengan Tsunami.

Selain adanya zona subduksi, Sumatra memiliki sesar mendatar yang membentang dari ujung utara hingga selatan sepanjang 1.900 km dari 10⁰ LU hingga 7⁰ LS yang dikenal sebagai Sesar Sumatra. Sesar Sumatra terdiri atas segmen-segmen yang lebih kecil dan detail.

Potensi Kebencanan

Lampung mempunyai keadaan geografis yang kompleks, wilayahnya dilalui jalur bukit barisan dan diapit oleh dua lempeng besar yaitu lempeng IndoAustralia dan lempeng Eurasia dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Lempeng tektonik Indo-Australia bergerak dari selatan dengan kecepatan antara 6 sampai 14 cm/tahun,pergerakan ini sering menimbulkan gempabumi di darat maupun di laut yang dapat menimbulkan terjadinya Tsunami.Seperti Gempabumi yang mengakibatkan Tsunami di Aceh, Nias dan Mentawai pada tahun 2004, 2005 dan 2010.

Dapat disimpulkan bahwasannya Lampung masuk kedalam kawasan yang rawan bencana, mengutip dari Hasil pemetaan BPDB provinsi Lampung menunjukkan Kabupaten Lampung Selatan adalah daerah rawan 10 jenis bencana alam. Kepala BPBD Lampung, Albar Hasan Tanjung, di Bandarlampung, Jumat, menyebutkan masing-masing wilayah di daerah tersebut rawan terhadap gempa bumi, gunung meletus, banjir, tsunami, gelombang pasang, putting beliung, gelombang pasang, dan kebakaran hutan. Selain itu, Kecamatan Rajabasa yang merupakan kawasan pegunungan dan pesisir, dinyatakan merupakan titik rawan gunung meletus, banjir, tanah longsir, gempa bumi, serta tsunami. Sementara itu, beberapa kecamatan lain di Lampung Selatan juga dinyatakan sebagai wilayah rawan bencana, seperti Kecamatan Penengahan yang rawan terhadap gunung meletus, banjir, puting beliung, dan kebakaran hutan. Hampir 17 kecamatan di daerah tersebut dinyatakan sebagai wilayah rawan terhadap bencana banjir, sementara untuk titik rawan tsunami selain Kecamatan Kalianda, Rajabasa, dan Ketapang, juga Seragi, Bakauheni, Sidomulyo, dan ketibung.

Provinsi Lampung merupakan daerah dengan potensi bencana sangat besar. Potensi bencana ini disebabkan oleh bencana alam dan non alam serta bencana sosial akibat ulah manusia. Kawasan rawan bencana alam geologi tersebar di seluruh wilayahProvinsi Lampung, yang terjadi akibat aktivitas tektonik, pengaruh sesar Mayoryaitu sesar Semangko dan sesar Mentawai, serta sesar Minor, dan aktivitas vulkanik. Pada tahun ini 2020, Pemerintah Lampung mencanangkan pemasangan 9 Alat khusus deteksi dini gempa, yang diletakkan di pesisir Lampung, khususnya di daerah sesar Semangko. Diharapkan, alat ini dapat memberikan informasi deteksi awal gempa yang terjadi.

Data statistik Bencana (sumber : bps.go.id)

Angka-angka diatas merupakan potensi bencana yang telah direkam dan mencatat berbagai bencana yang sering terjadi di berbagai provinsi salah satunya Lampung. Bencana seperti tanah longsor, banjir, banjir badang, angin puting beliung, kekeringan dan lain sebagainya. Hal ini mengingatkan bahwasannya penting untuk memberikan mitigasi bencana yang komprehensif demi meminimalisir ampak yang akan terjadi.

Menilik Peran Mahasiswa

Peran Mahasiswa dalam Resiko Bencana Menanggapi hal tersebut, kita sebagai mahasiswa, agen pembawa perubahan melihat bahwasannya tempat menuntut ilmu kita butuh bantuan dari mahasiswa dan mahasiswinya, maka para mahasiswa tidak tinggal diam, sudah banyak mahasiswa yang merancang dan berpartisipasi dalam kegiatan mitigasi bencana di Lampung.

Contohnya seperti yang telah dilakukan oleh Mahasiswa Teknik geologi Institut Teknologi Sumatera yang mengadakan sosialisasi mitigasi bencana di Lampung Selatan. Dilakukannya sosialisasi ini guna meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemahaman tentang kebencanan untuk dapat mengurangi resiko bencana yang terjadi, seperti dijelaskannya daerah-daerah yang berkemungkinan terkena tsunami yang digambarkan melalui Peta KRB(Kawasan Rawan Bencana).

Sosialisasi ini diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat dari berbagai usia pada daerah tersebut sehingga ketika terjadi bencana masyarakat mengerti peran masing-masing masyarakat untuk dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan, juga dijelaskan jalur evakuasi yang memungkinkan masyarakat untuk dapat menyelamatkan diri dari bencana yang terjadi.

Pembuatan peta rawan bencana merupakan salah satu aspek dari mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Fungsi peta rawan bencana di antaranya adalah untuk menentukanan perencanaan terhadap suatu wilayah yang berpotensi terkena dampak bencana. Peta ini menjadi rujukan bagi masyarakat dalam penanganan saat evakuasi bencana dan memberikan informasi tempat tinggal warga tergolong ke dalam kelompok zona aman, menengah dan berbahaya dari bencana tsunami.

Dalam penentuan kawasan rawan bencana dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pengidentifikasian sumber bencana, penggolongan kawasan-kawasan yang berpeluang terkena bencana berdasarkan jenis dan tingkat besar/kecilnya ancaman bencana serta dampak bencana yang ditimbulkan, serta penginformasian tingkat kerentanan wilayah terhadap masing-masing jenis ancaman bahaya. Dengan dilakukannya mitigasi seperti itu maka akan tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana. Di dalam mitigasi bencana juga perlu dilakukan sosialisasi demi meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat yang bermukim di daerah rawan dalam menghadapi bencana. Sehingga mereka mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana terjadi.

Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Diskusi yang dilakukan bersama Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi Avanindra Institut Teknologi Sumatera (HMGL AVANINDRA ITERA), Kita sebagai masyarakat terutama sebagai mahasiswa seharusnya sadar pentingnya kontribusi kita yang dibekali keilmuan untuk dapat membantu lingkungan sekitar. Hari Pengurangan Resiko Bencana ini sebgaai pengingat kepada seluruh masyarakat bahwasannya hal-hal yang kita berikan, apa yang harus kita lakukan untuk menanggapi isu-isu bencana yang beredar, sekecil apapun langkah kita dalam mencoba menanggulangi bencana, itu akan sangat berarti dan sangat membantu masyarakat untuk mengerti bagaimana upaya mitigasi yang baik dalam menghadapi bencana, baik sebelum bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana serta recovery dari bencana tersebut. Pada akhirnya kita semua harus belajar bahwa berbagi bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan.

Daftar Pustaka

Aris, Yunus., Wibowo, dkk. 2020. Penguatan Literasi Mitigasi Bencana Bencana

Angin Puting beliung untuk Peningkatan kapasitas Masyarakat Desa Munggu; kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jurnal Warta LPM, 23(2) hal 165-179

Definisi Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Hidayat,      Deny.            “Kesiapsiagaan  Masyarakat:       Paradigma           Baru       Pengelolaan Bencana Alam.” Jurnal Kependudukan Indonesia 3, no. 1 (2009): 69–84.

Pemahaman Tentang Kawasan Rawan Bencana dan Tinjauan Terhadap Kebijakan Dan Peraturan Terkait, Linda Tondobala, Jurnal Sabua Vol.3, No.1: 58-63, Mei 2011.

Wibisono, W. Ruang Berbasis Mitigasi Bencana Berdasarkan Tingkat Kerentanan Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung Dari Bahaya Banjir ….” Jurnal Teknologi Dan Infrastruktur Kewilayahan, 2019.

https://lampung.bps.go.id/